Kemacetan sudah terurai, kembali aku gas motorku dengan kecepatan kira-kira 60 km/jam sungguh aku sangat nekat karena aku gak mau telat ikut salah satu mata kuliah favorit anak kampusku, yaitu algoritma pemrogaman. Setelah itu, beberapa meter menuju kampus, awan tidak lagi mampu membendung airnya. Hujan turun secara bertahap. Satu tetes terasa di lenganku, dua tetes terasa di jidatku, tiga tetes kena ujung bibirku, lima tetes hingga sejuta tetes air hujan kini mulai menyerangku secara brutal. Tubuhku sudah mulai basah. Namun aku tetap nekat, sampai akhirnya aku mencoba untuk menerapkan ilmu matematika diskrit dan algoritma pemrograman yang tidak lain adalah mencoba untuk berfikir secara logika.
Dan kini ku menemukan sebuah alur flowchart dalam fikiranku. Pertama harus ada sebuah input, yaitu hujan yang turun kini semakin deras. Dan output yang diharapkan adalah sampai di kampus dengan selamat dan dengan kondisi tidak basah kuyup. Untuk menghasilkan sebuah output seperti demikian, maka aku harus melakukan beberapa proses. Dimana proses tersebut aku rumuskan seperti ini. yang pertama aku harus mencari tempat berteduh terlebih dahulu, dan aku menemukan sebuah tempat yang begitu nyaman untuk dibuat sebagai tempat berteduh, hal itu bisa aku jalankan sesuai rencana. Dan aku berfikir jika demikian maka proses ku akan berhasil. Setelah itu langkah kedua, aku harus berhenti di tempat itu dan memarkir motor motorku disana. Sampai disana, proses kedua telah terlaksana dengan baik. Aku semakin yakin bahwa proses ku akan berjalan sesuai dengan rencana dan aku yakin akan mampu sampai di kampus dengan kondisi yang tidak basah kuyup. Hal ini membuat ku semakin gembira. Setelah itu lanjut kehukum implikasi, jika p maka q, seperti halnya demikian saya mengasumsikan jika proses kedua berhasil maka lanjut ke proses ketiga. Dan dalam proses yang ketiga itu aku akan mengambil jas hujan ku yang ada di dalam jok motor ku. Dan jika aku memakai jas hujan maka aku akan sampai di kampus dengan tidak basah kuyup. Kesimpulannya jika aku mengambil jas hujan maka aku akan sampai di kampus dengan tidak basah kuyup. Hehe…
Namun betapa tertusuknya hatiku ketika aku dengan spontan mengucapkan kata-kata yang merupakan nama hewan khas jawa namun menimbulkan makna kata yang begitu menyakitkan, “jangkrek”. Ternyata aku salah prediksi, seketika itu keringat dingin mulai bercucuran bercampur dengan dinginnya air hujan kala itu. Aku tak tahu harus bagaimana, apakah aku yang salah atau flowchartku yang salah. Yang jelas aku gak tahu apa ini rahmat atau cobaan tapi aku berusaha untuk berprasangka baik pada Allah SWT.
Bodohnya aku ternyata jas hujan yang tadinya udah tak siapin ternyata ketinggalan di atas meja rumahku. Huhu… hancur sudah semua prosesku, ternyata memang benar jika suatu penarikan kesimpulan tidak akan pernah bernilai tautology jika masih ada beberapa pernyataan yang salah dan kurangnya persyaratan yang harusnya mendukung. Serasa mati kaku, entah karena kena air hujan apa karena nasib yang begitu luar biasa ini. namun, muncul sebuahh pemikiran gila dari dalam otakku, bukan anak ITS namanya kalau gak nekat. Akhirnya aku nekat meneruskan perjalanan tanpa kenal lelah.
Tidak beberapa lama kemudian aku tiba di parkiran Sistem Informasi. Aku mencoba menyapa dengan senyuman hangat bapak penjaga parkir yang selama ini udah berjasa dalam hal keamanan. Bahkan kontribusinya melebihi kontribusiku di kampus. Cckckck…
Dan akhirnya aku turun dari motorku dengan melihat kondisiku yang uda lumayan acak-acakan, ternyata hampir 80% total luas permukaan tubuhku basah semua. Tapi untungnya tasku dan semua isinya tidak ada yang basah. Dalam hati kecilku berbisik, sudahlah gapapa, yang penting aku udah berbuat dengan hati yang cukup besar. Aku harus ke kampus dengan bagaimanapun kondisinya.
Demikian reportase singkat saya, kurang lebihnya saya minta maaf dan semoga cerita ini dapat membawa manfaat.. terima kasih..
.jpg)
0 komentar:
Posting Komentar