Judul : Jingga dan Senja
Pengarang : Esti Kinasih
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : Februari 2010, Cetakan I
Tempat Terbit : Jakarta
Tebal : 312 Halaman
Ukuran Buku : 13,5 x 20 cm
Ilustrasi Buku : Warna dasar orange dengan tulisan warna kuning.
ISBN : 978-979-22-5431-0
Biografi Penulis :
Esti Kinasih lahir di Jakarta, sulung dari tiga bersaudara. Cewek Virgo ini punya hobi traveling, naik gunung, ngoleksi T-shirt bergambar Jeep, dan ngoleksi prangko.
Jingga dan Senja adalah novel kelima Esti setelah Fairish (2004) yang menjadi best-seller dan terus cetak ulang hingga kini, Cewek!!! (2005) yang juga laris manis, Still… (2006), dan Dia,Tanpa Aku (2008).
Sinopsis :
Dalam novel ini diceritakan tentang kehidupan anak remaja yang dibumbui dengan romansa cinta serta hal lainnya, seperti persahabatan hingga pada aksi tawuran sekolah. Berlatar di sebuah sekolah menengah tingkat atas Jakarta dengan segala hal yang berbau kehidupan ABG sekarang, membuat semua siswa-siswinya mengikuti trend yang berkembang di masa sekarang. Termasuk aksi jagoan para siswa SMA Airlangga yang “rela mati demi mempertahankan negara”, begitu semboyan mereka. Pertemuan dua insan dengan nama yang tidak jauh beda di “medan tempur”, menjadi hidangan awal timbulnya konflik baru.
Tari gadis remaja yang bersekolah di SMA Airlangga kelas X. Dia penggemar aksesoris berwarna oranye karena dia lahir pada saat matahari terbenam. Awalnya dia adalah gadis biasa di sekolahnya, tetepi setelah bertemu dengan soerang pria yang bernama Ari, Tari menjadi gadis popular disekolah.
Ari, dia kelas XII sekaligus pentolan SMA Airlangga. Ari terkenal biang onar disekolahnya dan suka tawuran antar sekolah. Selain terkenal biang onar, Ari juga terkanal dikalangan cewek-cewek disekolahnya. Karena selain tampan dia juga kaya dan nilainya juga cukup baik disekolah. Ari mempunyai musuh bebuyutan di SMA Brawijaya yang bernama Angga, dia juga pentolan di sekolahnya.
Tari dan Ari bertemu pada waktu yang tidak diduga-duga yaitu pada saat tawuran antara SMA Airlangga dengan SMA Brawijaya. Angga yang melihat Ari berusaha keras menyelamatkan Tari, bertekad untuk bisa merebut Tari dari Ari. Melihat itu angga memanfaatkan peluang itu dengan cara sebagai pelindung Tari.
Ari marah melihat Angga berusaha mendekati Tari. Ari yang selama ini tidak peduli dengan cewek, tiba-tiba berusaha keras untuk mendapatkan Tari, mungkin karena adanya kesamaan antar mereka. Mereka lahir saat matahari terbenam. Sejak itu hari-hari Tari berubah menjadi hari yang buruk.
Isi :
Novel dibuka dengan aksi lempar-melempar bom-bom molotov padat alias batu, dari tempat-tempat penyimpanan rahasia di dalam dan di sekitar area SMA Airlangga. Penyerangan oleh musuh bebuyutan yakni SMA Brawijaya mengharuskan sekelompok siswa Airlangga dengan julukan “Pasukan Kamikaze” rela terlibat tawuran dan tidak peduli risiko yang akan dihadapi nantinya. “Sial! Si oranye itu kena kutuk, kali ya? Lagi-lagi terlibat tawuran!” desisnya. “Woi ! Cover-in gue!” teriak pentolan SMA Airlangga yang bernama Ari itu kepada para “prajuritnya”. (hlm.46)
Hal yang wajar baginya mengatakan itu, karena gadis bernuansa oranye itu bukan kali ini saja terlibat tawuran, walaupun tanpa disengaja. Demi menyelamatkan gadis itu dan seorang temannya, Ari bergegas mencapai tempat kedua siswi itu. Hal yang sama juga dilakukan oleh Angga sang leader SMA Brawijaya. Kalah jarak dan pertahanan mengakibatkan Ari gagal menyelamatkan mereka.
Ari. Nama yang sudah tidak asing lagi bagi seluruh murid di sekolahnya. Sepenggal nama yang selalu keluar dari mulut guru-guru dan bahkan kepala sekolah. Seorang biang onar sekolah yang sangat ditakuti oleh adik kelas dan teman-temannya ini, dijuluki misterius karena tak ada seorang pun yang tahu bahkan Oji, sahabatnya sendiri mengenai keberadaan rumahnya. “Sejenis macan tertidur di dalam dirinya”. Yang orang lain tidak pernah tahu apa yang salah dengannya. Para guru sudah capek hati mengomel padanya. Ulahnya yang tak karuan dapat menembus pertahanan guru-guru yang sedang menjalankan puasa Senin-Kamis. Meskipun begitu, Ari dikenal dengan sifatnya yang tidak pelit dan setia pada teman-temannya. Hal paling mengagetkan lagi adalah Ari termasuk jajaran siswa yang masuk peringkat 10 besar di kelasnya yang notabenenya adalah kelas unggulan itu. Padahal biasanya, biang onar identik dengan bodoh. Kenyataannya, Ari membuat pengecualian dalam hal itu. (hlm.16)
Kedua gadis yang dijadikan sandera saat tawuran telah dibebaskan, karena tunduknya seorang Ari pada anak-anak SMA Brawijaya. Hal yang langka, namun apa boleh buat. Meskipun Ari pembuat onar, ia tidak pernah mau melibatkan wanita dalam tawuran. Prinsip itu selalu dipegangnya teguh. Sama halnya seperti Angga. Namun, aksinya yang memboyong kedua siswi itu ke sekolahnya, sekonyong-konyong menjadi pertanyaan besar bagi Ari. Tatapan mata Angga yang tajam seolah-olah menunjukkan aksi “perang” tersebut sebagai dendam pribadi secara tak langsung yang tak diketahui atau mungkin terlewatkan oleh Ari.
Selidik punya selidik, ternyata Ari dan Tari, demikian nama gadis berpernak-pernik oranye itu, memiliki satu rahasia besar. “Lo percaya nggak kalo gue bilang kita berdua kayak benda dan bayangan? Lo bayangan gue dan gue bayangan elo,” ucap Ari pelan mulai mengatakan bagian prolog. Jingga Matahari (Tari) dan Matahari Senja (Ari). Bukan terlalu melankolis, tetapi kemiripan nama itu mendasari Ari harus memiliki Tari seutuhnya. Dia beranggapan bahwa Tari itu adalah soulmate-nya. (hlm. 98)
Ari yang selama ini tidak peduli dengan wanita, tiba-tiba saja berusaha mendapatkan Tari dengan cara apapun. Kontan, berita itu mengguncang satu sekolahan. Terutama sekelompok siswi yang menyebut diri mereka “The Scissors” yang digawangi oleh Veronica. Tatapan sinis dan kecaman dari Vero and the genk tidak menggoyahkan tekad Ari.Segala cara dilakukan Ari untuk memikat hati seorang Tari. Namun, hal itu tidaklah mudah. Dulu, Tari memang sangat mengagumi Ari sebagai “dewa penolongnya”, saat Ari dengan gentle-nya melindungi Tari dari sengatan sinar matahari pada waktu upacara. Namun sekarang, semakin Ari berusaha mendekatinya, semakin mati-matian Tari menjauhkan diri. Predikat buruk Ari jelas membuat Tari tidak ingin berurusan dengan lelaki itu. Ditambah lagi, Angga, musuh bebuyutan Ari juga melaksanakan aksi pedekate terhadap Tari. Angga bertekad mendapatkan gadis itu, demi membalaskan dendam masa lalunya kepada Ari. Baik Ari maupun Angga saling 'kejar-kejaran' dalam bersaing untuk menjadikan Tari sebagai pacar. Sikap baik dan sabar yang ditunjukkan Angga jelas lebih menggetarkan hati Tari dibandingkan sifat pemaksa dan keras dari Ari. Hal ini sontak menggelakkan amarah Ari. Ia terus melancarkan serangan-serangan pada Angga. Namun, Angga tetap tersenyum menghadapi segala tindak-tanduk Ari dan puas karena “jebakannya dimakan”.
“Sepupunya Angga ada di kelas sepuluh tiga. Cewek. Namanya Anggita Prameswari,” ucap Ridho pelan. Senyum simpul seketika mendarat di bibir Ari. Ia menjadikan Gita sebagai pion agar Angga mundur melawan Ari. Karena itu, Angga tidak bisa lagi berkomunikasi langsung dengan Tari. Tari bingung dan sedih saat tahu tentang itu. Ia tidak tahu lagi siapa yang akan menjadi sandarannya apabila teror-teror lainnya dilancarkan oleh Ari.
Tanpa disengaja atau tidak, kembali Tari bertemu dengan sosok yang sangat mirip dengan Ari di foodcourt, bahkan mungkin lelaki itu adalah Ari. Namun, setelah terjadi pembicaraan diantara keduanya, tahulah Tari bahwa lelaki itu adalah kembaran Ari yang bernama Ata. Satu lagi surprise buat Tari. Lelaki itu bernama Matahari Jingga, kebalikan dari namanya sendiri. (hlm.213)
Sejak saat itu, Ata menjadi batu sandaran bagi Tari. Semua masalah Tari yang didominasi oleh perlakuan Ari selalu dibagikannya dengan Ata. Ari pun tidak terima dengan hal itu. Ternyata tindakan Ari yang menghalalkan segala cara itu adalah sebuah awal teror. Pemandangan pada pagi hari saat Tari muncul dengan kedua mata sembap -Ari tidak bisa mengenyahkan bayangan itu dari kepalanya- merupakan awal sebuah elegi. Sampai detik ini, pagi itu terus membayangi dan membebani pikirannya. Karena itu, akan terus diganggunya Tari. Sampai kedua bibir gadis itu terbuka dan mengatakan penyebabnya….
(Berlanjut pada novel kedua yang berjudul Jingga Dalam Elegi )
Kelebihan :
· Penggunaan kosa kata dan gaya bahasa yang bagus, menarik, dan tidak membosankan.
· Menceritakan tentang kehidupan anak remaja sekarang yang dibumbui dengan romansa cinta dan persahabatan, sehingga menumbuhkan minat baca bagi para pembaca.
· Pendeskripsian watak tokoh dalam cerita sangat jelas sehingga dapat dibayangkan oleh para pembaca.
· Membaca novel ini dapat mempertajam nalar pembaca karena banyaknya teka-teki yang tersurat ataupun tersirat di dalamnya.
· Novel ini memberi kesan penasaran yang luar biasa hebat pada para pembaca. Karena novel Jingga dan Senja ternyata memiliki kelanjutan cerita yang nantinya akan dituangkan pada novel kedua.
Kelemahan :
· Kertas yang digunakan masih menggunakan kertas buram.




0 komentar:
Posting Komentar